Minggu, 27 April 2014

War of The Arrows




Tahun-tahun terakhir ini di Indonesia mengalami “serbuan” dari negara Korea. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi dalam bidang elektronika, audio dan visual serta otomotif kita melihat merek-merek Korea sudah membanjiri pasar Indonesia. Demikian juga yang berupa budaya baik yang berupa lagu, band, sinetron dan film sudah menginfiltrasi masyarakat Indonesia baik yang muda maupun yang tua. Sehingga muncullah istilah demam K-Pop dan salah satunya adalah film ini yang masuk ke Indonesia.

Film ini mempunyai latar belakang pendudukan bangsa Manchu dinasti Qing (China) terhadap dinasti Joseon (Korea) di tahun 1636. Dikisahkan ada dua orang kakak beradik yaitu Nam Yi (Park Hae Il) dan Ja In (Moon Chae Won) yang melarikan diri saat keluarga dan desa mereka diserang oleh tentara Manchu. Lalu tinggal di sebuah keluarga yang merupakan sahabat karib dari sang ayah. Pada saat dewasa Ja In dinikahkan dengan Seo Goon (Kim Mu Yeol) yang merupakan putra dari keluarga tsb. Sayangnya tepat pada hari pernikahan itu tentara Manchu menyerang desa dan menahan Ja In dan Seo Goon beserta penduduk lainnya sebagai tawanan. Nam Yi yang pada saat itu berada di luar desa datang terlambat. Dengan susah payah Nam Yi berusaha mengejar dan menyelamatkan adiknya yang dibawa oleh tentara Manchu dengan bermodalkan senjata panah.

Cerita yang ditampilkan biasa-biasa saja dan standard. Dialog dan mimik wajah pada hampir semua pemain terlihat kaku seperti pada tipikal film korea lainnya. Alur cerita yang bisa ditebak. Ada unsur yang terlalu dipaksakan yaitu dengan kemunculan harimau yang menolong disaat Nam Yi terdesak dan terpojok.

Karakter Nam Yi sangat lemah dan tidak konsisten. Di awal diceritakan bahwa suka mabuk dan berkelahinya biasa-biasa saja. Bahkan sang ayah angkat sempat menegurnya. Namun secara tiba-tiba, entah dapat mukjizat dari mana bisa menjadi seorang pemanah yang ulung padahal latihan saja tidak pernah. Upaya pencarian mati-matian untuk menemukan sang adik seolah-olah mempunyai hubungan dan jalinan yg rekat. Namun di awal ditunjukkan bahwa sang kakak cuek dan tidak menghadiri perkawinan sang adik. Tidak ada aura kerekatan antara kakak dan adik sehingga hubungan yang ada tidak begitu jelas.

Karakter Ja In juga lemah. Di satu pihak merupakan wanita biasa namun dilain pihak tiba-tiba menjadi ahli panah padahal tidak pernah latihan. Tidak ada penampilan yang bisa membuat penonton muncul emosinya padahal seharusnya bisa lebih dieksplorasi.

Film ini bukan film silat atau kungfu karena tidak ada adegan perkelahiannya atau duel satu lawan satu. Film ini bukan film perang karena tidak ada pertarungan prajurit dengan prajurit atau pasukan dengan pasukan secara battle. Film ini juga bukan film drama karena tidak ada emosi yang bisa dibangun buat penonton. Film ini hanya sekedar tontonan saja.

Hanya ada satu adegan yang menarik menurut saya yaitu pada saat Nam Yi mengendarai kuda dan sedang dibidik hendak dipanah oleh pemimpin tentara Manchu. Semula Ja In berteriak-teriak untuk memperingatinya namun karena jarak yang jauh jadi tidak terdengar oleh Nam Yi. Apakah yang harus dilakukan ? Tiba-tiba dia mengambil panah, bukannya pemimpin tentara Manchu yang dipanah melainkan kuda yang ditunggangi oleh Nam Yi.

Jangan dibandingkan dengan film mandarin karena masih lebih unggul film mandarin baik dari segi tema, teknik, peran dan spesial efek.


Sumber : Wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar