Film ini mempunyai latar belakang
pendudukan bangsa Manchu dinasti Qing (China) terhadap dinasti Joseon (Korea)
di tahun 1636. Dikisahkan ada dua orang kakak beradik yaitu Nam Yi (Park Hae
Il) dan Ja In (Moon Chae Won) yang melarikan diri saat keluarga dan desa mereka
diserang oleh tentara Manchu. Lalu tinggal di sebuah keluarga yang merupakan
sahabat karib dari sang ayah. Pada saat dewasa Ja In dinikahkan dengan Seo Goon
(Kim Mu Yeol) yang merupakan putra dari keluarga tsb. Sayangnya tepat pada hari
pernikahan itu tentara Manchu menyerang desa dan menahan Ja In dan Seo Goon
beserta penduduk lainnya sebagai tawanan. Nam Yi yang pada saat itu berada di
luar desa datang terlambat. Dengan susah payah Nam Yi berusaha mengejar dan
menyelamatkan adiknya yang dibawa oleh tentara Manchu dengan bermodalkan
senjata panah.
Cerita yang ditampilkan biasa-biasa saja
dan standard. Dialog dan mimik wajah pada hampir semua pemain terlihat kaku
seperti pada tipikal film korea lainnya. Alur cerita yang bisa ditebak. Ada
unsur yang terlalu dipaksakan yaitu dengan kemunculan harimau yang menolong
disaat Nam Yi terdesak dan terpojok.
Karakter Nam Yi sangat lemah dan tidak
konsisten. Di awal diceritakan bahwa suka mabuk dan berkelahinya biasa-biasa
saja. Bahkan sang ayah angkat sempat menegurnya. Namun secara tiba-tiba, entah
dapat mukjizat dari mana bisa menjadi seorang pemanah yang ulung padahal
latihan saja tidak pernah. Upaya pencarian mati-matian untuk menemukan sang
adik seolah-olah mempunyai hubungan dan jalinan yg rekat. Namun di awal
ditunjukkan bahwa sang kakak cuek dan tidak menghadiri perkawinan sang adik.
Tidak ada aura kerekatan antara kakak dan adik sehingga hubungan yang ada tidak
begitu jelas.
Karakter Ja In juga lemah. Di satu
pihak merupakan wanita biasa namun dilain pihak tiba-tiba menjadi ahli panah
padahal tidak pernah latihan. Tidak ada penampilan yang bisa membuat penonton
muncul emosinya padahal seharusnya bisa lebih dieksplorasi.
Film ini bukan film silat atau kungfu
karena tidak ada adegan perkelahiannya atau duel satu lawan satu. Film ini
bukan film perang karena tidak ada pertarungan prajurit dengan prajurit atau
pasukan dengan pasukan secara battle. Film ini juga bukan film drama karena
tidak ada emosi yang bisa dibangun buat penonton. Film ini hanya sekedar
tontonan saja.
Hanya ada satu adegan yang menarik
menurut saya yaitu pada saat Nam Yi mengendarai kuda dan sedang dibidik hendak
dipanah oleh pemimpin tentara Manchu. Semula Ja In berteriak-teriak untuk
memperingatinya namun karena jarak yang jauh jadi tidak terdengar oleh Nam Yi.
Apakah yang harus dilakukan ? Tiba-tiba dia mengambil panah, bukannya pemimpin
tentara Manchu yang dipanah melainkan kuda yang ditunggangi oleh Nam Yi.
Jangan dibandingkan dengan film
mandarin karena masih lebih unggul film mandarin baik dari segi tema, teknik,
peran dan spesial efek.
Sumber : Wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar