Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia
dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai,
dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil
mengikut ibunya ke Jakarta. Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan
neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam
hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat
neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar
biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu
menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan
bertahta Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia
bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda
menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan
sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada
ibunya. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman
dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil
Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa
kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu
persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat
untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap,
menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.
Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. ?Kami
pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui
kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu
kerana kami bertanding di depan para gadis.?
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama
Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang
dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam
puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah
menikahinya.
Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan
ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat
anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949,
Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti,
TBC kronis dan sipilis.
ASRUL SANI
Ø Lahir
Rao, Pasaman, 10 Juni 1927
Ø Meninggal
Jakarta. 11 Januari 2004, Pukul 22.15 WIB
Ø Istri
(1) Siti Nurani dan (2) Mutiara Sarumpaet
Ø Anak
Tiga putra, tiga putri, enam cucu
Ø Ayah
Sultan Marah Sani Syair Alamsyah, gelar Yang Dipertuan
Rao Mapattunggal Mapatcancang
Ø Pendidikan:
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Indonesia (IPB)
Dramaturgi dan sinematografi di University of Southern
California,Amerika Serikat tahun 1955-1957
Sekolah Seni Drama di Negeri Belanda tahun 1951-1952
SLTP hingga SLTA di Jakarta
SD di Rao, Sumatera Barat
Ø Karir Politik :
Anggota DPR GR 1966-1971 mewakili Partai Nahdhatul Ulama
Anggota DPR RI 1972-1982 mewakili PPP
Ø Pendiri
“Gelanggang Seniman Merdeka”
Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI)
Ø Kegiatan Pergerakan
Lasjkaer Rakjat Djakarta, Tentara Pelajar di Bogo
Ø Kegiatan Penerbitan
Menerbitkan "Suara Bogor", redaktur majalah
kebudayaan "Gema Suasana", anggota redaksi "Gelanggang",
ruang kebudayaan Majalah' Siasat", dan wartawan Majalah "Zenith"
Konsep Kebudayaan :
"Surat Kepercayaan Gelanggang"
Ø Penghargaan
Tokoh Angkatan 45
Bintang Mahaputra Utama, tahun 2000
Enam buah Piala Citra pada Festifal Film Indonesia (FFI)
Film Terbaik pada Festival Film Asia tahun 1970
Ø Karya Puisi
"Tiga Menguak Takdir" bersama Chairil Anwar dan
Rivai Apin, "Surat dari Ibu", "Anak Laut", 19 buah puisi
dan lima buah cerpen sebelum penerbitan antologi "Tiga Menguak
Takdir" tahun 1950, lalu sesudahnya tujuh buah puisi, enam buah cerpen,
enam terjemahan puisi, tiga terjemahan drama, dan puisi-puisi lain yang dimuat
antara lain di yang dimuat di majalah "Siasat", "Mimbar
Indonesia", dan "Zenith".
Ø Karya Film
"Titian Serambut Dibelah Tudjuh", "Apa
yang Kau Cari Palupi" "Monumen", "Kejarlah Daku Kau
Kutangkap", "Naga Bonar",. "Pagar Kawat Berduri",
"Salah Asuhan", "Para Perintis Kemerdekaan", "Kemelut
Hidup"
Ø Alamat rumah
Kompleks Warga Indah, Jalan Attahiriyah No. 4E, Peiaten.
Kalibata. Jakarta Selatan
Ø Nama
H. Rosihan Anwar
Ø Lahir
Kubang Nan Dua, Sumatera Barat, 10 Mei 1922
Ø Agama
Islam
Ø Istri
Siti Zuraida Sanawi
Ø Anak
Tiga orang
Ø Pendidikan
- Sekolah Rakyat (HIS)
- SMP (MULO) di Padang
- Algemeene Middlebare School (AMS) Bagian A II tahun
1942 di. Yogyakarta
- Berbagai workshop di Yale University dan School of
Journalism di Columbia University, New York, Amerika Serikat.
Ø Pekerjaan
Wartawan Senior
Ø Karir
- Reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang (1943)
- Redaktur harian Merdeka (1945)
- Pemimpin Redaksi Siasat (1947-1957)
- Pemimpin Redaksi Pedoman (1948-1961).
- Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia/PWI (1968-1974)
- Salah satu pendiri Perusahaan Film Nasional (Perfini)
tahun 1950 bersama (alm) Usmar Ismail.
Kritikus film sampai sekarang.
Ø Penghargaan
- Bintang Mahaputra III (1974)
- Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan (2005)
Ø Alamat Rumah
Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat
SANUSI PANE
Sastrawan Sanusi Pane dilahirkan Muara Sipongi, Sumetra
Utara ,14 November 1905 . Ia menempuh pendidikan formal di HIS dan ELS di
padang Sidempuan, Tanjungbalai, Simbolga, Sumantra Utara. Kemudian melanjutkan
ke Mulo di Padang dan Jakarta, tamat 1922. Setamat kweekschool Gunung Sahari
tahun 1925 , ia diminta mengajar di sekolah itu juga yang kemudian dipindahkan
ke Lembang dan jadi HIK. Selanjutnya ia mendapatkan kesempatan mengikuti kulia
Othnologi di Rechtshogeschool.
Pada tahun 1929-1930 ia mengunjungi india.Sekembalinya
dari sana, ia duduk dalam redaksimajalah TIMBUL(dalam bahasa
Belanda,kemudianpakai lampiran indonesia), ia menulis karangan-karangan
kesusastraan, filsafa dan politik,sambil bekerja sebagai guru. Tahun 1934, ia
dipecat sebagai guru karena keanggotaannya dalam PNI.Kemudian iaq menjadi
pemimpin sekola-sekolah Perguruan Rakyat di Bandung dan menjadi guru pada
sekolah menengah Perguruan Rakyat di Jakarta. Tahun 1936, ia menjadi pemimpin
surat kabar Tionghoa-Melayu KEBANGUNAN di Jakarta dan tahun 1941, ia menjadi
redektur Balai Pustaka.
Dalam banyak hal Sanusi Pane adalah antipode dari Sutan
Takdir Alisjahbana. Berbeda dengan Takdir yang menghendaki coretan yang hitam
dan teba"dibawah pra-indonesia,yang • dianggapnya telah menyebabkan bangsa
Indonesia tela menjadi nista. Sanusi sebaliknya malah mencari ke jamanindonesia
purba dan kearah nirwana kebudayaan Hindu.Perkembangan filsafat hidupnya sampai
pada sintesa Timur dan Barat. Persatuan rohani dan jasmani,akhirat dan dunia,
idealisme dan materialism. Puncak periode itu ialah deramanya Manusia Baru.
PB/PR 1940
Sanusi Pane banyak mengarang buku, diantaranya : Pancaran
Cinta dan Perosa Berirama ditahun 1926,Puspa Mega dan kumpulan Sajak ditahun
1927, Airlangga"drama dalam bahasa Belanda, pada tahun 1928, Eenzame
Caroedalueh,drama dalam bahasa Belanda ditahun 1929, Madah Kelana dan kumpulan
sajak yang diterbitkan oleh Balai Pustaka Pada tahun 1931, naskah drama
Kertajaya ditahun 1932,naskah drama Sandhyakala Ning Majahpahit pada tahun
1933,naskah drama Manusia Baru yang diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun
1940.Selain itu,iajuga menterjemahkan dari bahasa jawa kuno kekawin Mpu Kanwa
dan Arjuna Wiwaha yang diterbitkanoleh Balai Pustaka tahun 1940.
AMIR HAMZAH
Nama lengkap Amir Hamzah adalah Tengku Amir Hamzah tetapi
biasa dipanggil Amir Hamzah, ia dilahirkan di Tanjung Pura, Langkat Sumatra
Utara. Pada 28 februari 1911. Amir Hamzah tumbuh dalam lingkungan bangsawan
Langkat yang taat pada agama Islam Pamannya Machmud adalah Sultan Langkat yang
berkedudukan di Ibu Kota Tanjung Pura yang memerintah tahun 1927 – 1941.
Ayahmya Tengku Muhammad Adila yang tidak lain adalah saudara Sultan Machmud,
sendirinya menjadi wakil Sultan untuk Lubak Langkat Bengkulu dan berkedudukan
di Binjai Sumatra Timur
Mula-mula Amir menempuh pendidikan di Langkatsche School
di Tanjung Pura pada tahun 1916 Lalu. di tahun 1924 ia masuk sekolah MILO
(Sekolah Menengah Pertama)di Medan Setahun kemudian dia hijrah ke Jakarta
hingga menyelesaikan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1927 Amir. kemudian
melanjutkan sekolah di AMS.(sekolah menengah atas)Solo Jawa Tengah. Jurusan
Sastra Timur, hingga tamat. Lalu. ia kembali lagi ke Jakarta dan masuk Sekolah
Hakim Tinggi hinggah meraih Sarjana Muda Hukum.
Amir Hamzah tidak dapat dipisahkan dari kesastraan
Melayu. Oleh karena itu. tidak heran jika dalam dirinya mengalir bakat
kepenyairan yang kuat. Buah Rindu adalah kumpulan puisi pertamanya yang
menandai awal kariernya sebagai penyair. Puncak kematangannya sebagai penyair
terlihat daki kumpulan puisi Nyanyi Sunyi dan Setanggi Timur. Selain menulis
puisi. Amir Hamzah juga menerjemahkan buku Bagawat Gita.
Riwayat hidup penyair yang juga pengikut tarekat
Naqsabandiyah ini ternyata berakhir tragis. 29 Oktober 1945, Amir diangkat
menjadi Wakil Pemerintah Republik Indonesia untuk Langkat yang berkedudukan di
Binjai. Ketika itu Amir adalah juga Pangeran Langkat Hulu di Binjai.
Ketika Sekutu datang dan berusaha merebut hati para
sultan, kesadaran rakyat terhadap revolusi menggelombang. Mereka mendesak Sultan
Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Lalu. Revolusi Sosial pun pecah
pada 3 Maret 1946. Sasarannya'adalah keluarga bangsawan yang dianggapi kurang
memihak kepda rakyat, termasuk Amir Hamzah. Pada dini hari 20 Maret 1946 mereka
dihukum pancung
TAUFIQ ISMAIL
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa
kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah
rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan
sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali
ke Pekalongan. Pada tahun 1956-1957 ia memenangkan beasiswa American Field
Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di
Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia.
Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan
dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarang IPB), dan tamat pada tahun
1963. Pada tahun 1971-1972 dan 1991-1992 ia mengikuti International Writing
Program, University of lowa, lowa City, Amerika Serikat. Ia juga belajar pada
Faculty of Languange and Literature, , American University in Cairo, Mesir,
pada tahun 1993. Karena pecah Perang Teluk, Taufiq pulang ke Indonesia sebelum
selesai studi bahasanya.
Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai
kegiatan. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (1960-1961)
dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (196.0-1962). Ia pernah mengajar sebagai guru
bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan
di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan asisten dosen Manajemen
Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB
(1961-1964). Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan
terlarang oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan ke
Universitas Kentucky dan Florida, la kemudian dipecat sebagai pegawai negeri
pada tahun 1964.
Taufiq menjadi kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970.
Kemudian, Taufiq bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman
mendirikan Yayasan Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra
Horison (1966). Sampai sekarang ini ia memimpin majalah itu.
Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian
Jakarta (DKJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta
(LPKJ) (1968). Di ketiga lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu
Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur TIM, dan Rektor LPKJ (1968-1978).
Setelah berhenti dari tugas itu, Taufiq bekerja di perusahaan swasta, sebagai
Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990).
Pada tahun 1993 Taufiq diundang menjadi pengarang tamu di
Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia.
Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di
berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap
peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan
puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti, dan
peristiwa Pengeboman Bali.
KH. A. MYSTOFA BISRI
KH. A. Mustofa Bisri, kini Pengasuh Pondok Pesantren
Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Dilahirkan di
Rembang, 10 Agustus 1944. Belajar di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri,
Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, dan Universitas Al-Azhar Kairo disamping di
pesantren ayahnya sendiri, Raudlatuth Tholibin Rembang.
Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.
Karya-karyanya yang telah diterbitkan, antara lain, Dasar-dasar Islam
(terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensklopedi Ijma'
(terjemahan bersama KH. M .A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987),
Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit
Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya),
Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan
Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994), Tadarus, Antalogi Puisi
(Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat
Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra
Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka
Firdaus, Jakarta, 1996), Mahakiai Hasyim Asy 'ari (terjemahan, Kurnia Kalam
Semesta Yogya, 1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita
Dunia Surabaya, 1996), Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II,
September 1995), Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997),
Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang,
1997). dan juga l'ikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang,
bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).
Karya-karya lain yang insya Allah akan terbit, adalah
Fikih Keseharian II (Al-Miftah Surabaya). Sementara itu, dia produktif menulis
di media massa ibukota dan media massa daerah.
Ikuti juga risalah-risalah yang dibawakan oleh KH. A.
Mustofa Bisri dengan Fikih Kesehariannya melalui email anda, tanpa susah-susah
lagi membuka web site ini. Caranya! Masukkan email anda di text-box, lalu klik
tombol berikut. Email anda:
Halaman Yang" Berhubungan
Fikih Keseharian Terbaru
Marah Rusli
Di antara deret nama sastrawan Balai Pustaka, nama Marah
Rusli adalah nama >ang cukup terkenal. Biografi Marah Rusli kalau belum
dapat dikatakan paling terkenal. Keterkenalannya karena "karyanya Siti
Nurbaya (sebuah roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak
dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita
yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya
Marah Rusli, sang sastrawan itu. bernama lengkap Marah
Rusli bin Abu Bakar, la dilahirkan di Padang pada tanggal 7 Agustus 1889.
Ayahnya. Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan
Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Meski lebih terkenal sebagai
sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter.hewan. Berbeda dengan Tauliq
Ismail dan AsruI Sani yang memang benar-benar meninggalkan profesinya sebagai
dokter hewan karena memilih menjadi penyair. Marah Rusli tetap menekuni
profesinya sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan
terakhir Dokter Hewan Kepala. -
Dalam sejarah sastra Indonesia. Marah Rusli tercatat
sebagai pengarang roman yang pertama dan diberi gelar oleh II.B. .lassin
sebagai "Bapak Roman Modern Indonesia"'. Sebelum muncul bentuk roman
di Indonesia, bentuk prosa yang biasanya digunakan adalah hikayat'.
Kesukaan Marah Rusli terhadap kesusastraan sudah tumbuh
sejak ia masih kecil. Ia sangat senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba.
tukang dongeng ( di Sumatera Barat) yang berkeliling kampung menjual ceritanya,
dan membaca buku-buku sastra.
Marah Rusli berpendidikan tinggi dan buku-buku bacaannya
banyak yang berasal dari Barat yang menggambarkan kemajuan zaman. Ia kemudian
melihat bahwa adat yang melingkupinya tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman. Hal itu melahirkan pemberontakan dalam hatinya yang dituangkannya ke
dalam karyanya, Siti Nurbaya. la ingin melepaskan masyarakatnya dari belenggu
adat yang tidak memberi kesempatan bagi yang muda untuk menyatakan pendapat
atau keinginannya.
Dalam Siti Nurbaya telah diletakkan landasan pemikiran
yang mengarah pada emansipasi wanita. Cerita itu membuat wanita mulai
memikirkan akan hak-haknya, apakah ia hanya menyerah karena tuntutan adat (dan
tekanan orang tua) ataukah ia harus mempertahankan yang diinginkannya.
Ceritanya menggugah dan meninggalkan kesan yang mendalam kepada pembacanya.
Kesan itulah yang terus melekat hingga sampai kini pun, setelah lebih delapan
puluh tahun novel itu dilahirkan, Siti Nurbaya tetap diingat dan dibicarakan.
Selain Siti Nurbaya, Marah Rusli juga menulis beberapa
roman lainnya. Akan tetapi. .S7//' Nurbaya itulah yang terbaik. Roman itu
mendapat hadiah tahunan dalam bidang sastra dari Pemerintah Republik Indonesia
pada tahun 1969 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.
Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Bogor pada
tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak. dua orang laki-laki dan seorang
perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis Sunda bukanlah perkawinan yang
diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi Marah Rusli kokoh pada sikapnya,
ia tetap mempertahankan perkawinannya.
Marah Rusli Meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di
Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat
Karya – Karya
1. Siti Nurbaya, Jakarta : Balai Pustaka. 1920
2. La Hami, Jakarta : Balai Pustaka. 1924
3. Anak dan Kemenakan, Jakarta : Balai Pustaka. 1956
4. “ Memang Jodoh ” ( Naskah Roman )
5. “ Tesna Zahera ”( Naskah Roman )
M.H. AINUN NAJIB
Ø Lahir :
Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953
Ø Agama :
Islam
Ø Isteri:
Novia Kolopaking
Ø Pendidikan :
- SD, Jombang (1965)
- SMP Muhammadiyah, Yogyakarta (1968)
- SMA Muhammadiyah, Yogyakarta (1971)
- Pondok Pesantren Modern Gontor
- FE di Fakultas Filsafat UGM (tidak tamat)
Ø Karir:
- Pengasuh Ruang Sastra di harian Masa Kini, Yogyakarta
(1970)
- Wartawan/Redaktur di harian Masa Kini, Yogyakarta
(1973-1976)
- Pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta)
- Pemimpin Grup musik Kyai Kanjeng
- Penulis puisi dan kolumnis di beberapa media
Ø Karya Seni Teater:
- Geger WongNgoyak Macan (1989, tentang pemerintahan
'Raja' Soeharto)
- Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan)
- Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat
oleh berbagai institusi modern)
- Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan
modern).
- Santri-Santri Khidhir (1990, bersama Teater Salahudin
di lapangan Gontor dengan. Seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton
di alun-alun madiun)
- Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya,
Surabaya dan Makassar)
- Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993). Perahu Retak
(1992).
Ø Buku Puisi:
- "M"Frustasi(1976),
- Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
- Sajak-Sajak Cinta (1978),
- Nyanyian Gelandangan (1982),
- 99 Untuk Tuhanku (1983),
- Suluk Pesisiran(1989),
- Lautan Jilbab (1989),
- Seribu Masjid Satu Jumlahnya (1990),
- Cahaya Maha Cahaya (1991),
- Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
- Abacadabra(1994),
- Syair Asmaul Husna (1994)
Ø Buku Essai:
- Dari Pojok Sejarah (1985),
- Sastra Yang Membebaskan (1985),
- Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
- Markesot Bertutur (1993),
- Markesot Bertutur Lagi (1994),
- Opini Plesetan (1996),
- Gerakan Punakawan (1994),
- Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
- Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
- Slilit Sang Kiai (1991),
- Sudrun Gugat (1994),
- Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
- Bola- Bola Kultural (1996),
- Budaya Tanding (1995),
- Titik Nadir Demokrasi (1995),
- Tuhanpun Berpuasa (1996),
- Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997)
- Kita Pilih Barakah atau Azab Allah (1997)
W.S RENDRA
Ø Nama Pena :
WS Rendra
Ø Nama Lengkap :
Willibrordus Surendra Broto Rendra
Ø Lahir :
Solo, 7 Nopember 1935 71
Ø Agama :
Islam
Ø Isteri :
Ken Zuraida
Ø Pendidikan:
- SMA St. Josef, Solo
- Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta
- American Academy of Dramatical Art, New York, USA
(1967)
Ø Karya-Karya Drama :
- Orang-orang di Tikungan Jalan
- SEKDA dan Mastodon dan Burung Kondor
- Oedipus Rex
- Kasidah Barzanji
- Perang Troya tidak Akan Meletus
- dll
Ø Sajak/Puisi :
- Jangan Takut Ibu
- Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
- Empat Kumpulan Sajak
- Rick dari Corona
- Potret Pembangunan Dalam Puisi
- Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
- Pesan Pencopet kepada Pacarnya
- Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
- Perjuangan Suku Naga
- Blues untuk Bonnie
- Pamphleten van een Dichter
- State of Emergency
- Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
- Mencari Bapak
- Rumpun Alang-alang
- Surat Cinta
- dll
Ø Kegiatan Lain :
- Anggota Persilatan PGB Bangau Putih
Ø Penghargaan :
- Hadiah Puisi dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
(1957)
- Anugerah Seni dari Departemen P & K (1969)
- Hadiah Seni dari Akademi Jakarta (1975)
Ø Biodata :
W.S Rendra dilahirkan di Solo, 7 November 1935. Beliau
mendapat pendidikan di Jurusan Sastera Barat Fakultas Sastra UGM (tidak tamat),
kemudian memperdalam pengetahuan mengenai drama dan teater di American Academy
of Dramatical Arts,' Amerika Syarikat (1964-1967).
Sekembali dari Amerika, beliau mendirikan Bengkel Teater
di Yogyakarta dan sekaligus menjadi pemimpinnya. Tahun 1971 dan 1979 dia
membacakan sajak-sajaknya di Festival Penyair International di Rotterdam. Pada
tahun 1985 beliau mengikuti Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman,
Kumpulan puisinya; Ballada Orang – orang Tercinta, (1956), 4 Kumpulan Sajak
(1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak – Sajak Sepatu Tua (1972), Potret
Pembangunan dalam puisi (1980), Disebabkan Oleh Angin (1993), Orang
Rangkasbitung (1993) dan Perjalanan Aminah (1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar